Rabu, 08 Juli 2015

Menyahat hati, sungguh.
Saat kau mencoba membohongi perasaan sendiri.
Pedihnya seperti tubuh mu tertusuk pisau.
Bersikap acuh dan dingin, padahal tak ingin.
Namun, realitas menyadarkan ku bahwa aku juga lelah disakiti.

Kala itu, aku masih berada di atas kapal kehangatan, kebahagiaan, dan rasa cinta.
Seketika angin pengkhianatan menerpa dan menjatuhkan ku ke lautan.
Lautan kekecewaan.
Ku pikir aku akan tenggelam. Ternyata aku masih terselamatkan.
Tersandar pada pelampung kepercayaan dan rasa yang masih ada.
Bertahan untuk beberapa saat.

Kemudian jarum kebohongan menusuk pelampung itu dan membuatnya kempis.
Tak ada lagi penopang.
Aku terseret ombak luka. Sangat deras arusnya.
Tak ada daya lagi untuk ku bertahan dalam lautan kekecewaan itu.
Akhirnya aku tenggelam.

Tanpa disadari aku berada permukaan laut.
Bertahan dengan keegoisan.

Saat aku menyerah, kenapa kau coba menguatkan?
Malah kepercayaan ku kau habiskan.
Tidak ada lagi yang aku inginkan.
Untuk sekarang, ku biarkan kau menjalankan.

Selasa, 10 Februari 2015

invisible

hai

it's about my feeling. the truth is....
gue adalah org yg sangat terbuka, sampe hal kecil aja gue sering critain ke org
dan pada akhirnya, gue ngerasa diabaikan, karna emg ga penting (bagi yg mendengar)

rasanya itu ga enak, padahal cuma butuh pendengar yg bisa nyikapin cerita gue itu
tapi kenyataannya adalah ga bakalan ada org yg sesuai dengan kemauan kita

ini waktunya menutup diri, karena sebenrnya ga semua yg kita rasain itu harus diungkapkan
mending pendem aelah, ga ngeribetin orang
ya walaupun bibir udh geregetan buat cerita, tp karena ga mau dianggap ga penting, jadinya diem aja

apalagi pas lawan bicaranya yg mau cerita, rasanya buat gantian cerita tentang gue tuh udah ga perlu
terus
apalagi kalo lawan bicaranya merasa punya masalah yg berat, rasanya buat ceritain masalah sendiri yg lebih berat tuh udah ga perlu

lagipula,
i am invisible, now