Kamis, 07 Juni 2018

Review Materi Kelompok: Teori Kontrol dalam Sosiologi Perilaku Menyimpang

Teori Kontrol dalam Sosiologi Perilaku Menyimpang
History
Ada seorang tokoh bernama Travis Hirschi yang mengembangkan teori Kontrol dan menelusuri ide-ide ttg teori control ini pada abad 19. Teori control ini paling sering digunakan untuk kasus-kasus kenakalan seperti karena faktor dari keluarga, sekolah, agama dan faktor lainnya. Selain itu di abad yang sama ada juga Lamar Empey yang mencirikan konsep individualis tentang kenakalan sebagai teori control, terutama psikoanalitik. Dalam teori kontrol ini walaupun faktor keluarga yang paling berpengaruh dari adanya kenakalan ini, tetapi dalam psikoanalitik kenakalan ini justru merupakan masalah individual. Kemudian ada juga tokoh bernama walter reckless yang mengembangkan konsep diri atau penjelasan mengenai penahanan tentang kenakalan yang dari situ akan mngarah kepada perspektif psikososial. Jadi dalam asumsi dasarnya, teori control ini membahas mengenai bagaimana mengendalikan.

Asumsi Dasar
Ada 4 asumsi dasar mengenai teori control:

1. Kenakalan harus diharapkan.
2. Teori ini didasarkan bukan atas pertanyaan “mengapa seseorang melakukannya?” tetapi sebaliknya “mengapa dia seseorang tidak melakukannya”. Dari dua asumsi ini maksudnya, kalau tidak ada kenakalan teori control ini tidak berlaku atau tidak berfungsi.
3. Kenakalan adalah hasil dari kekurangan sesuatu, tidak adanya mekanisme control yang bekerja. Ada 2 tipe sistem control yaitu individualistic dan sosial. individualistic melibatkan faktor psikologis (konsep diri). sosial melibatkan institusi sosial (keluarga, sekolah, agama)
4. Adanya consensus masyarakat mengenai keyakinan dan norma yang terkait dalam institusi masyarakat.

Untuk selengkapnya dapat dibaca di sini.

Minggu, 13 Mei 2018

Materi #5 Analisis Penyimpangan Sosial Pengguna Narkoba dengan Teori Labeling

    Perilaku menyimpang merupakan tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai dan norma dalam masyarakat dan sebagai akibat dari sosialisasi yang tidak sempurna. Baik sosialisasi di lingkungan keluarganya, sekolah, masyarakat dan budayanya. Perilaku menyimpang disebut sebagai kejahatan yang berpengaruh terhadap dirinya maupun kehidupan masyarakatnya.

source: http://www.assignmentpoint.com/wp-content/uploads/2015/05/labeling-theory.jpg
    Penyalahgunaan narkoba yang sedang marak dibicarakan di masyarakat kita maupun masyarakat dunia, memang merupakan kondisi yang sangat memprihatinkan. Penggunaan narkoba dan obat-obatan terlarang tersebut telah merasuk dalam masyarakat dan mengancam generasi penerus bangsa. Tidak hanya orang dewasa yang menjadi sasaran narkoba, tetapi juga anak-anak usia sekolahan. Kita sebagai masyarakat Indonesia yang memiliki nilai-nilai, norma dan budaya yang luhur, miris sekali mendengarnya. Penyalahgunaan narkoba sangat berakibat buruk, baik terhadap kondisi jasmani, rohani, hubungan sosial, hubungan dengan Tuhan, dengan orang tua, dan masih banyaklagi akibatburuk lainnya. Berbagai tindak kejahatan seperti pencurian, perampokan, pemerkosaan, kenakalan remaja hingga pembunuhan sering disebabkan oleh pengguna narkoba. Karena akal sehat dan kesadaran para pemakai narkoba tersebut telah dikuasai olehnya, sehingga para pemakai narkoba tersebut tidak bisa mengendalikan emosinya dan akal sehatnya, tidak aneh jika pemakai tersebut merasa berani, tidak takut dan malu.

    Ada dua jenis narkoba yang sangat berbahaya yang penggunaan dan peredarannya diatur dalam Undang-undang yaitu narkotika dan psikotropika. Contoh jenis narkotika, seperti candu, heroin, kokain ganja, dll. Sedangkan jenis psikotropika, seperti ekstasi, sabu, obat tidur, obat penenang, dll. Kedua jenis narkoba tersebut sangat berbahaya jika disalahgunakan terutama bahaya ketergantungan. Jika seseorang telah ketergantungan, akan merusak sistem-sistem syarafdalam tubuh dan menimbulkan berbagai penyakit. Sedangkan yang menjadi masalah, kenapa semakin banyak orang yang terkontaminasi dan mmenjadi pemakai barang haram tersebut yang sudah jelas-jelas berdampak buruk bagi tubuhnya sendiri bahkan meresahkan orang-orang di lingkungannya.


Untuk selengkapnya baca di sini.

Materi #4 Teori Differential Association


   Edwin Sutherland (1947) memperkenalkan teori Asosiasi Diferensial. Menurutnya perilaku menyimpang merupakan suatu perbuatan yang didapatkan setelah melalui proses belajar. Proses belajar yang dimaksud adalah mempelajari dan memahami norma-norma yang menyimpang dari subkultur. Jadi, penyimpangan perilaku adalah fenomena yang dipelajari oleh seseorang dari orang lain atau kelompok.
source: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhf5CytB3AEwwcwYr3fmSj1E5hY8fz8SNdA3OIFet5SU5FE6eXFVvrw7HclY9jBgg_35oOsfkVg_vA69WsKiWSOA2vHa8ulQfpRWmGuHlJL_frj4lgA9uewsr147d0l55h-feXYR1IGEMW1/s1600/20150522_154432+-+Copy.jpg

    Proses belajar norma penyimpangan ini persis dengan proses belajar konformitas (penyesuaian) dimana ada sosialisasi atas nilai-nilai yang disepakati bersama oleh suatu kelompok masyarakat. Namun, yang membedakannya adalah jika konformitas adalah proses belajar bagaimana menyesuaikan diri dengan nilai dan norma bersama serta berperilaku terhadap orang lain sesuai dengan harapan kelompok, maka penyimpangan justru sebaliknya. Peyimpangan adalah proses belajar bagaimana mempelajari nilai dan norma yang menyimpang.

   Menurut Sutherland, penyimpangan adalah konsekuensi dari kemahiran atau penguasaan atas suatu sikap atau tindakan yang dipelajari dari norma-norma yang menyimpang. Perilaku menyimpang dipelajari di dalam lingkungan sosial (eksternal), artinya semua tingkah laku dapat dipelajari dengan berbagai cara.

Adapun 9 proposisi dari Teori Asosiasi Diferensial, yaitu:

Materi #3 Pengendalian Sosial

   Pengendalian Sosial adalah suatu konfigurasi untuk mencegah penyimpangan sosial serta mengajak dan mengarahkan masyarakat untuk berperilaku dan bersikap sesuai norma dan nilai yang berlaku. Pengendalian sosial secara umum merupakan upaya yang dilakukan oleh pihak tertentu guna mengatur perilaku warga masyarakat. Melalui engendalian sosial, perilaku masyarakat diarahkan agar sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat.

source: http://www.learniseasy.com/wp-content/uploads/2015/09/pengendalian-sosial-lembaga-polisi.jpg


Pengertian Pengendalian Sosial Menurut Para Ahli

Astrid Susanto
Astrid Susanto berpendapat bahwa pengendalian sosial adalah control yang bersifat psikologis dan non fisik terhadap seorang individu agar ia dapat bersikap dan bertindak sesuai dengan penilaian kelompok tempat ia hidup.

Bruce J.Cohen
Pengendalian sosial adalah segala cara atau metode yang digunakan untuk mendorong perilaku seseorang agar selaras (sejalan) dengan kehendak kelompok atau masyarakat luas.

Horton dan Hunt
Pengertian pengendalian sosial menurut Horton dan Hunt adalah segala cara dan proses yang ditempuh oleh orang tua atau kelompok masyarakat tertentu sehingga para anggota kelompoknya bertindak sesuai dengan harapan kelompok masyarakat tersebut.

Joseph S.Roucek
Pengendalian sosial merupakan istilah kolektif yan direncanakan ataupun tidakdirencanakan yang mengacu pada proses untuk mengajari individu menyesuaikan diri dengan nilai di lingkungan tempat tinggal.


Untuk bacaan selengkapnya dapat diakses di sini.

Minggu, 06 Mei 2018

Materi #2 Perilaku Menyimpang pada Remaja Masa Kini

A. Perilaku Menyimpang Remaja Akibat Pergaulan Bebas Dalam Kasus Narkoba 

   Untuk kasus narkoba yang penulis kaji penyalahgunaan dalam penggunaan narkoba adalah pemakain obat-obatan atau zat-zat berbahaya dengan tujuan bukan untuk pengobatan dan penelitian serta digunakan tanpa mengikuti aturan atau dosis yang benar. Dalam kondisi yang cukup wajar/sesuai dosis yang dianjurkan dalam dunia kedokteran saja maka penggunaan narkoba secara terus-menerus akan mengakibatkan ketergantungan, depedensi, adiksi atau kecanduan.  Penyalahgunaan narkoba juga berpengaruh pada tubuh dan mental-emosional para pemakaianya. Jika semakin sering dikonsumsi, apalagi dalam jumlah berlebih maka akan merusak kesehatan tubuh, kejiwaan dan fungsi sosial di dalam masyarakat. Pengaruh narkoba pada remaja bahkan dapat berakibat lebih fatal, karena menghambat perkembangan kepribadianya. Narkoba dapat merusak potensi diri, sebab dianggap sebagai cara yang “wajar” bagi seseorang dalam menghadapi dan menyelesaikan permasalahan hidup sehari-hari.

source: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgf96yoynCAaFyDvTEeUzr3oEzZ_HBUMRIy2s3GOX9a76hrlP6VcJihGSbPvT-FBRsDRGVP50hAYzo234kPRRpipMwTF0trj5CrsFxuyB1QFHrp3PZTKxKCts6PDCXt9nOxkqg8DDIgg84Y/s640/akibat-kenakalan-remaja1.jpg
   Penyalahgunaan narkoba merupakan suatu pola penggunaan yang bersifat patologik dan harus menjadi perhatian segenap pihak. Meskipun sudah terdapat banyak informasi yang menyatakan dampak negatif yang ditimbulkan oleh penyalahgunaan dalam mengkonsumsi narkoba, tapi hal ini belum memberi angka yang cukup signifikan dalam mengurangi tingkat penyalahgunaan narkoba.

   Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa terdapat perilaku menyimpang remaja dalam memanfaatkan ruang terbuka hijau di Taman Kota Tepian Mahakam Samarinda dengan menghisap lem. Hal ini dilakukan remaja karena kesulitan kondisi ekonomi, kurang perhatian orang tua, agar mempunyai banyak teman dan untuk menghilangkan masalah sementara. Perilaku menghisap lem para remaja ini tidak diketahui orangtua, karena Taman Kota Tepian Mahakam Samarinda kurang dipantau orangtua. Adapun untuk Satpol PP Kota Samarinda sering melakukan razia untuk menangkap remaja yang sedang menghisap lem dengan membawa ketahanan dan diberikan pembinaan, karena belum ada peraturan khusus yang memberikan ancaman pidana pada penghisap aroma lem. Selama ini yang di atur di Indonesia adalah terkait dengan narkotika dan psikotropika berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Selain itu Satpol PP juga melakukan penyuluhan hukum tentang narkotika dan obat berbahaya (Narkoba) khususnya ngelemn ke sekolah-sekolah di daerah itu.

   

Untuk bacaan lebih lengkapnya dapat klik di sini.

Materi #1 Definisi Perilaku Menyimpang dan Akibatnya

A. Pengertian Perilaku Menyimpang

source: http://www.voa-islam.com/photos6/syafaat/Narkoba-Remaja.jpg

    Perilaku menyimpang ialah tindakan-tindakan yang tidak sejalur dengan norma-norma yang diakui, adat istiadat, kaidah atau peraturan yang berlaku dalam sebuah sistem sosial masyarakat. Definisi tersebut adalah sebuah adaptasi dari beberapa pengertian menurut para ahli mengenai pengertian perilaku menyimpang. Berikut beberapa pendapat para ahli mengenai perilaku menyimpang secara definitif!

1. James Vander Zander
    Perilaku menyimpang merupakan tingkah laku yang dianggap sebagai perbuatan tercela dan berada di luar batas-batas toleransi oleh sejumlah besar orang.

2. Bruce J. Cohen
    Perilaku menyimpang ialah tiap-tiap perilaku yang tidak dapat beradaptasi dengan keinginan masyarakat atau komunitas tertentu yang ada pada masyarakat.

3. Robert M.Z. Lawang
    Perilaku menyimpang ialah keseluruhan perilaku yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku tersebut.

B. Faktor Penyebab Terjadinya Perilaku Menyimpang

Berikut beberapa hal yang menjadi penyebab terjadinya perilaku menyimpang ditinjau dari beberapa sudut pandang!

1. Sudut Pandang Biologi
    Ditinjau dari sudut pandang biologis, penyimpangan sosial erat kaitannya dengan faktor-faktor biologis, misalnya saja tipe sel-sel tubuh. Beberapa pakar seperti Kretschmer, Lombroso, Von Hentig, Hooton, dan Sheldon melakukan berbagai penelitian yang menyatakan bahwa orang yang memiliki tipe tubuh tertentu memiliki kecenderungan melakukan perbuatan menyimpang.

2. Sudut Pandang Psikologi
    Teori ini berpandangan bahwa penyakit mental dan gangguan kepribadian berkaitan erat dengan beberapa bentuk perilaku penyimpangan. Hal tersebut dikarenakan perilaku menyimpang acap kali dianggap sebagai suatu gejala penyakit mental. Walaupun demikian, teori psikologis belum mampu menyajikan beberapa simpulan guna menjelaskan penyebab perilaku menyimpang yang terjadi pada seseorang. Seorang pakar yang populer pada bidang ini ialah Sigmund Freud.

3. Sudut Pandang Sosiologi

Ditinjau melalui sudut pandang sosiologi, sebab terjadinya perilaku menyimpan adalah karena hal-hal sebagai berikut!

– Perilaku Menyimpang Karena Sosialisasi

Konsep ini menekankan pada perilaku sosial, baik yang bersifat menyimpang maupun yang tidak menyimpang serta berhubungan dengan norma dan nilai-nilai yang diserapnya. Perilaku menyimpang disebabkan oleh terdapatnya gangguan dalam prosesi penyerapan dan pengalaman terhadap nilai-nilai tersebut pada perilaku seseorang.

– Perilaku Menyimpang Karena Anomie

Emile Durkheim menyatakan bahwa anomie ialah suatu kondisi tanpa norma serta tanpa arah sehingga tidak terwujud keharmonisan antara realita yang diharapkan serta kondisi real sosial yang ada di lapangan. Konsepsi ini digunakan untuk mendeskripsikan sebuah masyarakat
yang mempunyai banyak norma dan nilai, melainkan antara norma yang saling bertentangan. Akibatnya, muncul kondisi tidak terdapatnya nilai atau norma yang diakui serta dipatuhi oleh masyarakat.

4. Sudut Pandang Kriminologi

Perilaku menyimpang jika ditinjau melalui sudut pandang kriminologi terbagi atas ada 2 jenis, yakni :

– Teori Pengendalian

Pengendalian dari dalam berupa usaha menaati norma dan nilai yang telah ditelaah oleh seseorang. Sedangkan pengendalian dari luar berupa usaha memperoleh imbalan sosial terhadap konformitas serta sanksi hukuman terhadap segala bentuk penyimpangan. Dalam kehidupan masyarakat konvensional, terdapat empat norma yang bersifat mengikat, diantaranya yakni Kepercayaan, Ketanggapan, Keterikatan (komitmen), Keterlibatan, dan Teori Konflik ( Konflik budaya dan Konflik kelas sosial).

Untuk bacaan selengkapnya klik di sini !

Minggu, 29 April 2018

Review #7 Dimensi Pengendalian Sosial II (Proses Pendengalian Sosial)

   Pada pertemuan kedelapan (23/04/2018) matakuliah Sosiologi Perilaku Menyimpang, Bapak Rahman menjelaskan materi tentang proses pengendalian sosial. Pengendalian sosial berarti mencegah penyimpangan terjadi dan tidak terulang lagi. Namun terdapat tokoh sosiologi yaitu Berger, yang melihat pengendalian dari sudut pandang represif.

source: https://img-k.okeinfo.net/content/2016/06/05/196/1407059/cara-unik-sosialisasi-antikorupsi-di-tengah-keluarga-160J2ZYWnE.jpg

Proses Pengendalian Sosial, terdiri dari dua, yaitu :

1. Internalisasi Norma Kelompok (nilai dan norma)
    Bentuk : sosialisasi, sifatnya mencegah, dan batin
    Contoh : dalam keluarga diberikan nilai-nilai tertentu yang dapat dijadikan pedoman

2. Reaksi Sosial (langsung)
    Bentuk : teguran, hukuman

Adapula macam dari proses pengendalian sosial, yaitu :

1. Informal
  Dilakukan tanpa adanya organ yang sengaja dibentuk untuk melakukan pengendalian (memberi sanksi). Pengendalian sosial ini dapat berntuk sosialisasi, tekanan sosial dari kelompok primer seperti keluarga.

2. Forma
    Adanya kesengajaan membentuk suatu organ untuk melakukan pengendalian. Pengendaliannya ini didapat karena adanya tekanan sosial dari kelompok sekunder. Contohnya rt atau rw, negara (penjara).
    

Minggu, 22 April 2018

Review #6 Dimensi Pengendalian Sosial I (Konformitas)

   Pada pertemuan ketujuh (16/04/2018) mata kuliah SPM, Bapak Rahman menjelaskan materi tentang pengendalian sosial, namun baru sampai materi alasan masyarakat bersikap konformis. Pengendalian sosial didefinisikan sebagai cara menghadapi perilaku yang dianggap melanggar norma sosial. Sebenarnya pengendalian sosial dapat dilakukan sebelum dan sesudag terjadi penyimpangan. Tujuan dari adanya pengendalian sosial adalah memastikan konformitas terhadap norma.
source: https://konsultankti.files.wordpress.com/2015/05/hakikat-konformitas.jpg

Masyarakat bersikap konformis terhadap norma karena:

1. Tidak punya pilihan lain
Contoh : "dilarang mencontek saat ujian". Hal tersebut didukung dengan saknsi tegas, dosen dengan pengawasan ketat. Sehingga mau tidak mau atau terpaksa mengerjakan ujian tanpa mencontek.

2. Adanya bujukan untuk bersikap konfotmis terhadap norma itu
Contoh : Secara langsung : melalui sosialisasi orangtua kepada anak tentang perilaku-perilaku yang baik

3. Adanya penjagaan, baik fisik maupun sosial
Contoh : Adanya CCTV di minimarket (fisik), adanya nilai dan norma (sosial).

Minggu, 15 April 2018

Review #5 Proses Menjadi Penyimpang

   Pada pertemuan keenam (09/04/2018) mata kuliah SPM, Bapak Rahman menjelaskan materi tentang bagaimana proses menjadi penyimpang. Sosiologi melihat penyimpangan sebagai proses sosial. Di dalam proses terdapat sosialisasi, interaksi. Dengan demikian, penyimpangan tidak datang tiba-tiba. Namun, ilmu biologi melihatnya dari keturunan.

1. Sosialisasi Peran Sosial
    Perilaku ada yang baik dan ada yang tidak, semua itu disosialisasikan dalam masyarakat. Penyimpangan menyebabkan sesuatu yang baru melalui interaksi sosial saat kita mengantisipasi tanggapan orang lain dan menyesuaikannya dengan perilaku kita.
source: http://sinarharapan.net/wp-content/uploads/2017/12/Sosialisasi.jpg
Contoh : Mahasiswa diam ketika dosen sedang menjelaskan. Karena dalam pikiran mahasiswa, mungkin itu yang diharapkan oleh dosen.
Namun bukan dari pikiran saja, tetapi juga dari lingkungan.

Role Planning : perilaku yang didasari perkiraan bagaimana ia bertindak
Role taking : persepsi seseorang terhdap perilaku orang lain
Role Set : sekumpulan hubungan peran yang dimiliki seseorang yang menyandang status tertenti atau sekumpulan harapan yang disandang oleh kombinasi identitas aktor tertenti dan semua peran yang berhubungan dengan identitas aktor

2. Sosialisasi sebagai Pengambilan Peran
    Perilaku yang diharapkan adalah perilaku yang ditentukan dan pemenuhannya disebut dengan pemenuhan peran, yang dipelajari melalui interaksi dengan orang lain.

3. Pengambilan Peran sebagai Penyimpang

Penyimpangan Primer : belum termasuk penyimpangan. Biasanya dilakukan baru sekali, dan masih bisa berubah, atau hanya sebuah accident. Perilaku tersebut belum terinternalisasi dalam alam bawah sadar individu yang melakukannya.

- Teknik mendapatkan Perspektif Penyimpang
  1. Wawancara mendalam
  2. Penelitian terlibat
  3. Mengumpulkan bahan (buku catatan/harian, surat-surat para penyimpang)

- Menghadapi stigma sebagai penyimpang
  1. Kerahasiaan
  2. Memanipulasi keadaan fisik
  3. Netralisasi menjadi non-penyimpang
  4. Berubah menjadi non-penyimpang
  5. Berpartisipasi dalam sub kebudayaan menyimpang

Minggu, 08 April 2018

Review #4 Persiapan ke Lapas

   Pada pertemuan kelima (2/04/2018) mata kuliah SPM, Bapak Rahman menjelaskan mekanisme persiapan untuk turun lapangan ke Lapas Nusakambangan. Pertama didiskusikan mengenai pembagian kelompok untuk melakukan wawancara dengan napi. Hasilnya adalah satu kelas terbagi menjadi 9 kelompok. Dalam satu kelompok terdiri dari 5 orang, dan masing-masing orang akan mewawancarai 1 napi. Setelah itu, didiskusikan mengenai pertanyaan-pertanyaan apa saja yang akan diajukan di lapas kepada petugas saat penerimaan, dan kepada napi.
source: http://disk.mediaindonesia.com/thumbs/590x400/news/2016/07/lapas-nusakambangan.jpg

Pertanyaan saat penerimaan untuk petugas:
1. Berapa jumlah kapasitas napi dan sekarang ada berapa jumlah napi?
2. Pak ada klasifikasi untuk pengedar, pemakai, dll tidak? Kalau iya, kenapa pemakai tidak direhab saja? Atau ada selain kasus narkotika?
3. Adakah kriteria napi narkoba yang dibawa ke Nusakambangan?
4. Berapa petugas lapas? Adakah suka dukanya? Bagaimana sistem kerja, shift, dan tempat tinggalnya?
5. Di sini ada lapas saja atau ada rutan juga? Apa saja programnya?
6. Bagaimana prosedur penempatan napi baru?
7. Apa saja hak-hak napi? Adakah hak untuk keluar? Remisi?
8. Bagaimana jenjang karir dari sipir?

Tanya jawab dengan napi:
1. Perkenalan yaitu menyampaikan maksud dan tujuan
2. Bertanya identitas : nama, keluarga, tempat tinggal. pekerjaan, pendidikan, latar belakang, kehidupan ekonomi, mengapa jadi menyimpang
3. Bertanya kasus:  kapan masuk lapas ini, kasusnya apa, pasal apa, pengadilan di mana, berapa lama, kronologis ditangkap, pengedar/pemakai, persepsi tentang narkoba, kapan kenal narkoba, jenis narkoba, kalau pemakai diajak atau apa, keuntungannya apa, sebelumnya pernah ditangkap/tidak, kasus apa, bagaimana bisa masuk lapas nusakambangan
4. Bertanya tentang lapas: pelayanannya bagaimana, bagaimana jika sakit, kegiatannya apa saja, 
5. Bertanya tentang keseharian, pernah bertengkar atau tidak, bagaimana teman-temannya, apa suka dukanya, apa pernah ketagihan (jika pemakai), lalu apa harapan setelah keluar, dan pekerjaan setelah keluar

Minggu, 01 April 2018

Review #3 Kajian Perkara Pidana

   Pada pertemuan keempat (26/03/2018), perkuliahan SPM mengkaji tentang perkara pidana. Pertama, terdapat perbedaan antara perkara pidana dengan perkara perdata. Dalam perkara perdata, tidak ada memenjarakan orang. Sedangkan perkara pidana itu memenjarakan orang. Secara hukum terdapat Undang-Undang yang membedakan mana pidana, mana perdata.
   Perdata : Kerugian yang diderita oleh para pihak, tidak memberi efek pada orang lain (efek tidak signifikan). Efeknya hanya kepada pihak yang bersangkutan. Sedangkan,
   Pidana: Terdapat efek atau konsekuensinya berupa ketidaknyamanan atau ketidaktentraman (di masyarakat).
Source: https://asset.kompas.com/data/photo/2015/04/01/0915070eka-442780x390.jpg
   Oleh karena itu, perkara perdata, penegakan hukumnya diserahkan kepada para pihak yang bersangkutan. Sedangkan penegakan hukum perkara pidana diserahkan kepada negara (lebih aktif). Contoh: Ada pihak yang ingin membeli rumah, kemudian meminjam uang ke bank. Sebelumnya ada kontrak di atas kertas, tetapi kemudian terjadi masalah antara pembeli dan penjual. Hal ini termasuk ke dalam perkara perdata, karena efeknya hanya dirasakan oleh kedua pihak, dan tidak memengaruhi orang lain.
   Untuk contoh perkara pidana, misalnya kasus pembunuhan. Dalam kasus tersebut ada yang mengetahui siapa pelaku sesungguhnya. Negara harus masuk ke dalam masalah tersebut. Bagaimana penanganannya, bagaimana penegakan hukumnya. Contoh kasus pidana lainnya adalah pencurian, penganiayaan, pemalsuan surat, penipuan, pencemaran nama baik, dan penggelapan.

Pelaku perilaku menyimpang memiliki "proses" atau faktor-faktor lain yang menyebabkannya seperti itu. Misalnya pengalaman melihat film-film (pembunuhan), atau melihat langsung kasus di masa lalu.

   Tahapan-tahapan penanganan kasus, melalui instanti : 1. Kepolisian, 2. Kejaksaan, 3. Pengadilan, 4. Lembaga Pemasyarakatan (Lapas). Dalam penanganan oleh kepolisian ada yang langsung tangkap, ada yang dilakkan penyelidikan. Hal ini dilakukan untuk mencari tersangka, atau melengkapi berkas-berkas. Setelah itu, masuk ke kejaksaan. Lalu diajukan ke pengadilan, di sini pelaku disebut terdakwa. Di pengadilan, jaksa membela korban, dan terdakwa didampingi pengacara atau advokat. Selain itu terdapat hakim yang mengadilli, menentukan. Proses ini dilakukan di pengadilan negeri atau umum. Jika terdakwa tidak puas atas putusan pengadilan negeri, bisa diadili di pengadilan tinggi (banding). Kemudian bila di pengadilan tinggi juga belum selesai, dapat dilanjutkan kepada Kasasi (Mahkamah Agung). Hasilnya inkracht. Di dalamnya terdapat peninjauan kembali (PK) dan novum (alat bukti baru). Ketika sudah masuk ke lapas, disebut terpidana.

Minggu, 25 Maret 2018

Review #2 Perubahan dan Penyimpangan

   Pada perkuliahan Sosiologi Perilaku Menyimpang pertemuan ketiga (19/03/2018), materi yang disampakaikan adalah mengenai perubahan dan penyimpangan. Seperti yang dijleaskan oleh Bapak Rahman selaku dosen mata kuliah SPM, pembahasan penyimpangan tidak bisa lepas dari yang disebut dengan masalah sosial. Meskipun penyimpangan berawal dari masalah dan semua penyimpangan adalah masalah sosial. Namun, tidak semua masalah sosial adalah penyimpangan. Misalnya kemiskinan, lingkungan hidup, kesejahteraan sosial, pengangguran, dan masalah pendidikan seperti rendahnya mutu pendidikan. Berdasarkan hal tersebut maka akan muncul pertanyaan, seperti mengapa contoh masalah sosial di atas tidak termasuk ke dalam penyimpangan? Kapan suatu masalah itu dikatakan penyimpangan?
   Sebelum menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, terdapat lingkupan dari kriminalitas, penyimpangan, dan masalah sosial yang perlu kita ketahui.
Berdasarkan gambar di atas, masalah sosial memiliki lingkup atau cakupan yang lebih luas. Di dalam msalah sosial terdapat ruang tentang penyimpangan. Dan dalam penyimpangan terdapat kriminalitas. Sehingga semua yang dikatakan kriminalitas, adalah penyimpangan dan masalah sosial. Namun tidak semua masalah sosial adalah penyimpangan ataupun kriminalitas.
   Dengan demikian, untuk mengetahui atau menentukan sesuatu itu menyimpang atau tidak, terdapat empat (4) ukuran secara sosiologis, yaitu: 1. Reaksi, 2. Norma, 3. Statistik, 4. Absolut. Namun keempat ukuran tersebut tidak dapat dilihat secara sederhana, karena terdapat relativitas. Relativitas tersebut mencakup perubahan perilaku, penguasa, reaksi berbeda, kontrol sosial, dan hukuman berbeda.
    Pertama akan dibahas mengenai relativitas. Dari segi perubahan perilaku yang dimaksud adalah belum tentu yang sekarang dikatakan penyimpangan, di masa depan dikatakan penyimpangan juga. Contoh: Sebelumnya etika kesopanan di kampus yaitu tidak diperbolehkan memakai celana jeans untuk perempuan. Namun, sekarang sudah tidak permasalahkan, sudah diperbolehkan.
   Untuk perbedaan reaksi misalnya dalam kasus merokok. Masyarakat melihat orang dewasa merokok dianggap wajar atau biasa saja. Tetapi ketika melihat anak kecil yang merokok dianggap tidak tepat. Sedangkan kontrol sosial yaitu penyimpangan dapat disebabkan tergantung dari orangtua atau teman sebaya.
    Selanjutnya adalah pembahasan mengenai empat ukuran yang menentukan perilaku menyimpang.
1. Pandangan Reaksi: Penyimpangan adalah perilaku atau kondisi yang dilabelkan menyimpang oleh orang lain. Bukan orangnya yang dicap, tetapi prilakunya, karena cap tersebut menimbulkan reaksi. Terdapat sesuatu yang dianggap aneh, sehingga masyarakat bereaksi. Namun pandangan reaksi ini tidak bisa dipakai penuh, atau tidak bisa diandalkan. Misalnya kasus korupsi.
2. Pandangan Norma: Norma yang menentukan menyimpang atau tifak. Aturan-aturan dalam masyarakat (tertulis/tidak) yang menentukan apakah itu menyimpang atau tidak
3. Pandangan Statistik: Dikatakan menyimpang apabila perilaku tersebut jarang dilakukan daripada perilaku lainnya. Tetapi ukurannya pada kondisi yang sama. Contoh: Di antara yang berambur pendek, ada satu yang berambut panjang. Jumlah atau angka yang sedikit, itu yang dikatakan menyimpang. Namun kelemahan dari statistik adalah setiap orang yang berbeda tersebut memiliki keunggulan.
4. Pandangan Absolut: "Sekali menyimpang maka tetap menyimpang." Penyimpangan dianggap penyakit, sesuatu yang sudah baku. Kondisi ini dianut oleh psikiater atau psikolog. Contoj: Pecandu obat bius, orang yang gila, atau yang melakukan buduh diri.

Pertanyaan dalam kelas: 
1. Apakah semua norma yang ada itu adalah hasil dari reaksi? Jawabannya tidak.
Di tengah masyarakat yang individualis, skeptis, reaksi terhadap perilaku yang salah atau permasalahan semakin hilang.
2. Apa yang menentukan suatu penyimpangan itu absolut? Absolut merupakan hasil dari rekasi/norma yang sudah ditinggalkan oleh reksi/norma itu senditi, tetapi tetap ada penyimpangan.

Minggu, 18 Maret 2018

Review #1 Mengkaji Norma dalam Perspekif Sosiologi Perilaku Menyimpang

Nama   : Fista Windy Destanti
NIM     : 4815153067
Prodi    : Pendidikan Sosiologi B 2015




Post kali ini akan berisi tentang review materi perkuliahan dalam mata kuliah Sosiologi Perilaku Menyimpang. Dalam pertemuan kedua (12/3/2018), membahas materi pertama mengenai gambaran umum tentang penyimpangan. Ruang lingkup pembahasannya adalah seputar interaksi, proses sosial, produk, norma, dan kekuasaan. Hal ini berkaitan dengan konsep "Manusia adalah makhluk sosial". Manusia dikatakan sebagai individu yang tidak dapat berdiri sendiri, lalu bagaimana jika manusia yang hidup di hutan? Apakah ia bisa bertahan hidup? Tentunya eksistensi sebagai manusia jadi teralienasi. Namun jika sebelumnya manusia tersebut sudah pernah hidup dengan lingkungan sosial (sudah pernah berinteraksi) makan ia masih bisa eksis. Jika tidak, manusia tersebut tentu tidak bisa tumbuh sebagai manusia. 
Untuk itu, kita perlu mengetahui konsekuensi atau urgensi dari konsep "manusia adalah makhluk sosial". Dalam hal ini, kita tentu perlu memahami bahwa perilaku manusia tidak muncul dengan sendirinya. Hubungan antar masyarakat terjadi melalui tiga tahap, yaitu:
1. Interaksi, dikaitkan sebagai cikal bakal manusia menjadi makhluk sosial. Melalui interaksi bukan hanya mendapatkan informasi, tetapi sosiologi mengjaki bahwa terdapat perbedaan persepsi yang diciptakan saat berinteraksi. Jika tidak ada interaksi, tidak ada pemaknaan antar manusia, sehingga tidak ada yang dihasilkan.
2. Proses sosial, di dalamnya terdapat pemaknaan-pemaknaan tertentu, sehingga kita dapat mengetahui "bagaimana kita menempatkan seseorang". Di dalam interaksi yang sama, proses sosial terdapat naik-turun, take and give, ada pertimbangan, dan ada kesepakatan. Dengan demikian, produk sosial yang dihasilkan adalah norma, secara umum.
3. Norma, dihasilkan dari interaksi dan proses sosial. Norma berarti aturan-aturan yang dibuat oleh seseorang berdasarkan proses sosial tadi. Norma teridiri dari empat macam, yaitu norma agama, norma hukum, norma kesopanan, dan norma kesusilaan.

Dalam perspektif Sosiologi Perilaku Menyimpang, kajian norma menjadi sangat penting. Karena norma dijadikan sebagai patokan, untuk menilai apakah perilaku seseorang dikatakan menyimpang atau tidak. Norma-norma yang dilanggar dalam kajian Sosiologi Perilaku Menyimpang dibatasi, norma tersebut adalah norma-norma di masyarakat yang tidak jelas (tidak ada peraturan dalam suatu lembaga), namun keberadaannya kuat di tengah masyarakat. Norma bersifat tidak bagu, relative, dan dapat berubah. Perubahan norma dapat terjadi apabila semakin banyak yang melakukan penyimpangan, kemudian terjadi desakan. Sehingga tidak menjadi penyimpangan lagi.
Adanya norma bertujuan agar perilaku individu sesuai dengan harapan masyarakat. Yang dikaji oleh Sosiologi Perilaku Menyimpang adalah perilaku menyimpang dalam norma kesopanan, namun bukan berarti tiga macam norma lainnya tidak termasuk dalam kajian Sosiologi Perilaku Menyimpang, karena keempatnya saling berkaitan. Oleh karena itu, Sosiologi mempelajari perilaku menyimpang untuk mencari dasar-dasar bagi keteraturan sosial atau ketidakaturan sosial dalam masyarakat.

Jumat, 19 Januari 2018

Curcol Ngga Penting edisi:106

Hai. 
Kali ini gue akan menceritakan kisah tentang seseorang.
Hm..

Gue udah 7 bulan pacaran sama dia, eh doi, eh enaknya apa ya nyebutnya hahaha krik krik
Hm dia temen sekelas gue di kampus. Sebelum tau kalo kita bakal sekelas, gua pernah ketemu dia pas masih maba, mau MPA (re:ospek), sebelumnya verifikasi dan daftar ulang dulu tuh kan.
Verifikasinya di gedung fakultas gue tuh, FIS. Pertamanya, gue ketemu cewek yang lagi duduk sendirian kalo ga salah, eh ternyata jurusan dan prodi kita samaan. Namanya Anoy. Yaudah tuh sebelum verifikasi dibuka, kita duduk dan nunggu bareng. terus pas nunggu giliran dipanggil duduknya juga bareng. Nah pas lagi duduk nunggu itu, Anoy duduk di sebelah kanan gue, gue inget banget tuh, sedangkan di sebelah kiri gue ada cowok duduk melukin tas aja sambil kakinya goyang2 ga bisa diem. gue kan risihan ya orangnya liat begitu, gua liatin aja tuh, eh tapi ga diem2 juga kakinya. yaudahlah ya. akhirnya nama gue dipanggil tuh buat masuk ke ruangan verifikasi.

Besoknya kalo ga salah, atau besok besoknya, lupa. pokoknya waktunya daftar ulang di BAAK. gua ditemenin akmal pertamanya, berangkat bareng kalo ga salah. terus pas kita udah di depan BAAK, nunggu daftar ulangnya buka, kita nyari tempat duduk. pas lagi nyari itu, mata gua menemukan sosok laki-laki yang tidak asing. "Ah! Cowok yang kemaren!" Iya gua liat cowok yang pas verifikasi duduk sebelah gua. Terus akhirnya gua bilang ke akmal buat nyamperin cowok itu, dan akhirnya kita berkenalan. Karena udah tau kalo gue dan cowok itu satu prodi, akhirnya kita tukar kontak Line dan ngurus lain-lainnya bareng.

Udah tuh kan, pas dari MPA udah ga kontakan lagi. eh taunya gue satu kelas sama itu orang. tapi dianya ga ngeh tuh. yaudah kita kayak orang asing yang baru kenal di kelas jadinya. Tapi mulai dari semester 2, gua sama dia sekelompok mulu karena seringnya sesuai absen, pun kalo ga sesuai absen juga suka bareng. dah tuh gara2 gitu, suka chattan. dari soal perkuliahan, curhat-curhatan (gue curhat tentang pacar gue waktu itu, sekarang mantan. dia curhat tentang cewek yang dia suka), sampe obrolan2 ga penting. 

Gatau lupa sampe kapan pokoknya sering aja chatan kayak lagi chat sama temen cewek. Terus banyak babak yang akhirnya kita ga chatan lagi. 

Terus akhirnya, "katanya" pas dia tau gua udah putus lama, dia suka sama gue. ada lah pdkt2annya dikit. Abis itu jadian-_-

Sampe sekarang deh.

Yang gue tau, dia ini berasal dari keluarga yang sederhana seperti gue. Dia anak pertama, punya satu adik perempuan yang masih kelas 10. Rumahnya di Ciracas. Belom pernah tuh gua tau daerah situ-_- wkwkwk Hmm sejauh ini, dia kalo ke kampus naiknya tranportasi publik. Awalnya mayasari terus sekarang naik Tj.  Hmm soal penampilan fisiknya, dia bilang warna kulitnya "coklat keemasan" gitu, ya intinya item dah wkwkwk kayaknya dia lagi puber, mukanya jerawatan kayak gue wkwk sekarang rambutnya gondrong, gamau dipotong:( nunggu pkm baru mau potong katanya. Ya kalo gua mah ngeliatanya ganteng dan manis manis aja wkwkwk 

Oiya, kalo dia mau maen ke rumah gua, pr banget dah. kan jauh banget ya. dari naik Tj dulu, terus kereta, terus angkot coba. suka ga tega. tapi ya daripada kangen wkwk

Ohiya soal style fashionnya. Kalo ga pake kaos ya kemeja. kalo ga pake celana jeans, bahan, ya apatuh yang warnanya krem moka gitu. Sederhana dan.. normal. wkwkwk ga kayak temen kelas gua yang lain yang celananya banyak bolong di lutut.wkwkwk

Ternyata, kita punya notebook yang merk, type, dan warnanya sama persis. kesel sih, ada aja yang nyamain. wkwk terus ultah kita cuma beda 3 hari. hehehehehe ehehehhehehe

Hmm sejauh ini kita sudah ngetrip keliling jakarta, tangerang, dan bogor.

Semoga nantinya bisa ngetrip ke daerah yang belum pernah kita kunjungi lebih banyak lagi hehehe
itu dulu kali ya. bingung mau ceritain apalagi.

So, see you!