Sabtu, 21 Januari 2012

Ayunan Tua

Sebuah surat cinta (fiktif)


Untukmu, seseorang yang selalu akan ku kenang



Bermain bersama setiap hari bukanlah hal biasa. Mengenal satu sama lain, mengenal perasaan masing-masing, sangat sulit untuk dilupakan. Mengagumi mi diam-diam, memaksa mu selalu denganku, dan kamu hanya tersenyum dan mengangguk.

Hari itu aku teringat waktu kita masih kecil. Kenal karena rumah kita bersebelahan hihi . Di halaman rumahku terdapat sebuah ayunan.Sebelumnya, aku selalu bermain sendiri. Tapi, semenjak kamu pindah rumah ke sebelah ku, rasanya senang sekali mempunyai teman seperti mu. Aku mengajak mu bermain ayunan itu. Kamu mendorong ayunan saat aku duduk diatas nya. Dan kita bergantian. Terus seperti itu setiap sore.

Namun, tak selamanya kita melakukan hal itu. Aku, kamu, dan semuanya, tumbuh. Tumbuh semakin dewasa. Usia kita berkurang. Tak akan lagi bisa bermain bersama- dengan ayunan itu. Kebetulan sekali umur kita sama, aku pun tak menyangka saat baru mengetahuinya.

Di hari dimana kamu berulang tahun. Aku ingat sekali, tanggal 7 bulan April. Kamu berumur 10 tahun. Sebelumnya, aku sudah mempersiapkan semua kejutan untukmu. Sebuah mainan, mobil remote-control keren ku bungkus dengan kertas coklat. Aku dapat membeli itu memakai uang orangtua ku. Aku bilang pada mereka aku hanya meminjam uang itu dan aku kembalikan suatu saat nanti.

Aku bilang padamu untuk menemui ku di halaman rumahku hari itu. Sudah ku siapkan balon-balon dan kue ulang tahun untukmu. Kamu pun tak kunjung datang sampai langit mulai gelap. Dalam hati aku ingin menjemput mu, tapi kamu sudah berjanji padaku untuk datang sendiri tanpa dijemput olehku dan tak 'kan mengingkari nya. Ya, aku selalu percaya padamu. Langit sudah gelap. Aku kedinginan. Perasaan ku beramuk. Kesal, sedih, kecewa. Sangat kecewa. Dan akhirnya mama ku menyuruh ku masuk kedalam rumah karena sudah malam.

Aku membanting tubuhku ke kasur. Gadis kecil yang sedang menangis pilu. Tertidur hingga pagi.

Terbangun dari kesedihan. Aku menengok ke halaman rumah. Semua kejutan masih ada disana, kecuali kue nya. Aku mencarinya, ternyata mama menyimpannya ke dalam pendingin. Lega. Hanya saja aku masih merasa sedih.

Pagi itu aku berniat menemui mu dirumah mu. Aku mengetuk pintu rumahmu berkali-kali. Memanggil namanu dengan keras, tapi yang membukakan pintu bukan kamu, kakakmu. Lalu dia menyuruh masuk ke dalam dan duduk disofa. Tak biasanya seperti ini. Biasanya kamu langsung keluar menemuiku, sekarang tidak. Aku melihat wajah kakakmu lesu dan pucat. Tiba-tiba dia bercerita. Bercerita mengapa kamu tidak datang ke rumahku. Aku kaget. Aku rasanya sedang dalam mimpi dan ingin terbangun segera. Tapi semua itu bukan mimpi. Tapi kenyataan. Kenyataan pahit. Sangat pahit. Aku langsung memeluk kakakmu dengan erat. Melepaskan semua emosi ku pada semua yang telah terjadi.

Hari-hari berlalu. Ku lewatkan seorang diri. Hari ini tahun ke sepuluh setelah kepergianmu. Tepat dihari ulang tahunmu. Kamu meninggalkan ku. Karena kecelekaan yang menimpamu, saat kamu menuju kerumah ku menaiki sepeda dari rumah tantemu. Tanpa sengaja sebuah mobil menabrakmu. Saat sampai dirumah sakit, semua hilang. Kamu, semua tentangmu. Kamu pergi meninggalkanku selamanya. Untuk selamanya. Dan tak 'kan pernah kembali.

Saat ini, aku yang tidak mau pindah rumah. Walaupun keluargamu sudah keluar kota untuk melepaskan semua kenangan tentangmu. Anak laki-laki yang tampan, cerdas dan perhatian. Aku tetap disini, ditempat yang sama. Duduk disebuah ayunan tua yang sangat berarti bagiku. Yang selalu mengingatkan ku padamu.

Kamu adalah cinta pertamaku

Tertanda, seseorang yang sangat mengharapkanmu disini bersamaku.








with love,
Windy :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar